Di Amerika, rata-rata ukuran rumah telah berkembang dari luas 1.000 kaki persegi (sekitar 93 m2) menjadi hampir 2.500 kaki persegi (sekitar 232 m2). Laporan juga menunjukkan warga Amerika mengkonsumsi dua kali lebih banyak barang-barang material hari ini dibandingkan seperti yang mereka lakukan 50 tahun yang lalu. Dan rata-rata mempunyai akumulasi hutang kartu kredit sekitar $15.000.
Saya belum menemukan data pastinya, namun dilihat dari makin macetnya jalanan Jakarta, makin tingginya harga properti dan makin ramainya pusat-pusat perbelanjaan, apa yang terjadi di Amerika juga terjadi di Indonesia; lonjakan pembelian barang yang melebihi kebutuhan.
Lalu pertanyaannya, “mengapa kita membeli barang-barang melebihi daripada yang kita butuhkan?”
Apa yang memaksa seseorang untuk menghabiskan uang pada hal-hal yang (sesungguhnya) tidak diperlukan?
Jika pertanyaan ini bisa kita jawab, kita bisa lebih mudah membebaskan hidup kita dari hal (pemborosan) tersebut dan mengalihkanya pada hal yang lebih penting.
Joshua Becker, seorang penggiat hidup minimalis, menuliskan (setidaknya) ada 7 alasan, Joshua mengistilahkan sebagai kebohongan berpikir, kenapa kita membeli barang-barang melebihi daripada yang kita butuhkan.
1. Kita pikir hal itu akan membuat kita aman
Logika berpikir kita berjalan seperti ini: jika memiliki beberapa harta benda membuat kita merasa aman (rumah, pakaian,mobil),maka memiliki kelebihan pasti akan menghasilkan keamanan yang lebih.
Setelah kebutuhan mendasar mampu kita penuhi, rasa aman yang ditimbulkan dari kepemilikan harta dan benda fisik sebenarnya jauh lebih stabil dari yang kita percaya. Benda-benda ini bisa rusak, memudar dan binasa; mereka dapat menghilang lebih cepat dari yang kita sadari.
2. Kita pikir hal itu akan membuat kita bahagia
Seringkali cara pandang kita tentang kebahagiaan itu selalu di identikan dengan jumlah kekayaan yang kita miliki, misalkan: rumah mewah, mobil besar, gadget keluaran terbaru, dan banyak lagi.
Sayangnya kebahagiaan yang semacam itu hanya kebahagiaan yang semu, karena kebahagiaan yang sebenarnya adalah saat kita bisa menikmati dan mensyukuri apa yang sudah kita miliki.
3. Termakan oleh iklan (yup, kita memang rentan terhadap iklan)
Rata-rata, kita disuguhkan sekitar 5000 iklan setiap hari; iIklan di TV, koran, website bahkan di media sosial sekalipun. Setiap iklan membawa pesan yang sama; kita akan menjadi pribadi yang lebih baik apabila membeli apa yang mereka jual.
Pesan ini membombardir kita, lalu pikiran bawah sadar kita mulai mempercayai pesan ini. Kita memang lebih mudah terpengaruh oleh iklan melebihi dari yang kita bayangkan.
4. Kita pikir hal itu akan membuat orang lain terkesan
Banyak di kalangan orang kaya saat ini, mereka yang merdeka secara financial, dengan alasan gengsi atau karena ingin di pandang oleh lingkunganya, berlomba untuk menampilkan kekayaan dan keberhasilan keuangannya pada lingkungan sekitarnya. Sikap seperti inipun tanpa sadar menular pada diri kita.
‘We buy things we don’t need with money we don’t have to impress people we don’t like.’ – Dave Ramsey
5. Kita teperangkap perasaan iri terhadap orang-orang yang memiliki lebih
Rasa iri terhadap kelebihan orang lain menjadi hal yang wajar saat ini . Ketika kita melihat orang lain membeli, memakai, dan mengenakan sesuatu. Masyarakat kita terdorong untuk menjadi pesaing.
Dan terlalu sering, kita membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu perlu hanya karena orang-orang yang ada di lingkungan kita telah melakukan hal yang sama. Latah secara irasional.
Budaya yang seperti ini hanya akan membuat kita keliru mendefinisikan kesuksesan sejati.
6. Kita pikir hal itu bisa untuk menutupi kekurangan
Kita keliru mencari kepercayaan pada pakaian yang kita pakai atau mobil yang kita kendarai. Kita berusaha untuk menghibur diri dari kerugian, kesepian, atau sakit hati dengan membeli barang-barang yang tidak perlu.
Kita mencoba untuk mengesankan orang lain dengan hal-hal yang melebihi dari kita sesungguhnya. Namun kegiatan ini tidak akan pernah sepenuhnya menutupi kekurangan. Kita seperti tengah membohongi diri kita sendiri.
7. Kita lebih mementingkan diri sendiri (melebihi dari apa yang selama ini kita sangka)
Manusia memang egois dan tamak. Sifat ini mendorong manusia untuk mempunyai yang lebih dan lebih, melebihi dari yang dibutuhkan. Sayangnya, keegoisan seperti itu terus tumbuh di muka bumi ini, dan kitalebih sering kalah dalam peperangan mengendalikannya.
Kelebihan harta tidak memperkaya kehidupan kita. Pada kenyataannya, membeli hal-hal yang tidak perlu menjauhkan kita dari hal-hal yang lebih bermanfaat untuk kehidupan kita. Kita harus lebih waspada dan lebih bijaksana untuk mengatasi itu.
“There is more joy to be found in owning less than can ever be discovered in pursuing more.” – Joshua Becker
Ingin tahu bgm cara saya menjadikan Internet sebagai sumber
income baru dan ingin belajar dengan dipandu langsung oleh Guru
Internet Marketing saya?
Pilih salah satu tema internet marketing sesuai dengan kebutuhan Anda.
1. Bagaimana cara mendapatkan pasif income jutaan rupiah/bulan dg menjual jasa (hobi&keahlian) secara online - > klik di Sini!
2. Bagaimana cara berjualan produk fisik secara online dengan omset ratusan juta rupiah setiap bulan -> klik di Sini!
3. Bagaimana cara mendapatkan ribuan dollar dengan mempromosikan produk milik orang lain di clickbank -> klik di Sini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar