Memulai usaha tak harus memiliki modal yang besar, punya keahlian tertentu, memiliki kantor sendiri, dan peralatan pendukung yang relatif cukup. Semua itu tergantung kemauan Anda. Modal utama memulai usaha adalah niat, keteguhan hati, dan sikap pantang menyerah untuk menjalankan usaha.
Sikap inilah yang tidak dimiliki oleh setiap orang yang ingin menjalankan usaha. Wajar jika mereka tidak pernah menjalankan usahanya karena merasa belum cukup modal dan berbagai kekhawatiran lain yang mereka ciptakan sendiri. Sementara, orang-orang yang berani, mereka memulai usaha dengan cara sederhana dan biaya murah, tanpa pernah takut gagal. Sulitnya mencari pekerjaan saat ini dan tingginya jumlah pengangguran di Indonesia mengharuskan setiap orang untuk kreatif menciptakan pekerjaan demi dirinya, keluarga, dan orang-orang yang dicintainya. Jika tidak kreatif,
jangan harap Anda bisa bertahan hidup di tengah kompetisi kehidupan yang makin sulit ini.
Bayangkan, berdasarkan data dari BPS 2009, pengangguran untuk kelompok lulusan universitas mencapai 4,66 juta. Tahun 2010 dan 2011 belum diketahui secara pasti berapa angka kenaikan maupun penurunannya.
jangan harap Anda bisa bertahan hidup di tengah kompetisi kehidupan yang makin sulit ini.
Bayangkan, berdasarkan data dari BPS 2009, pengangguran untuk kelompok lulusan universitas mencapai 4,66 juta. Tahun 2010 dan 2011 belum diketahui secara pasti berapa angka kenaikan maupun penurunannya.
Banyak cara menjadi pengusaha. Umumnya, orang yang kreatif dan memiliki semangat untuk berwirausaha akan mencari cara agar bisa memulai usaha dengan modal minimalis. Banyak orang yang mengindentikkan istilah modal miminalis ini dengan modal dengkul. Kedua istilah itu memiliki
makna yang sama yakni modal minimal. Robert T. Kiyosaki, investor, usahawan, penulis buku Rich Dad, Poor Dad, Rich Dad’s Cashflow Quadrant, dan Rich Dad’s Guide to Investing, menggambarkan situasi setiap orang dalam konsep cashflow kuadran. Ia membagi 4 kategori atau kuadran,yakni E (Employee atau pekerja), S (Selfemployed atau punya usaha sendiri), B (Bussiness Owner atau pengusaha), I (Investor). Orang yang berada di kuadran B dan I adalah orang yang mempunyai kebebasan atau freedom, bebas menggunakan waktunya. Sementara orang berada di kuadran E dan S belum memiliki kebebasan.
Nah, setiap orang tentunya mengharapkan bisa berada di kuadran B dan I atau kuadran kanan. Lalu
bagaimana caranya? Untuk sukses dalam menjalan usaha kita harus memiliki mindset (pola pikir) sukses.
Dalam buku “Untung Besar Modal Rp 2 Juta”, oleh Penerbit Indonesia Cerdas Yogyakarta, disebutkan 10 langkah untuk memulai usaha yakni :
1. Menyiapkan mental menjadi pengusaha
Anda harus mengetahui ciri seorang pengusaha. Pengusaha berbeda dengan karyawan. Jika karyawan cenderung segera menghabiskan gaji bulanannya, maka pengusaha tidak. Seorang pengusaha akan menginvestasikan kembali sebagian penghasilkannya untuk
mengembangkan usahanya.
2. Memiliki visi dan misi jelas
makna yang sama yakni modal minimal. Robert T. Kiyosaki, investor, usahawan, penulis buku Rich Dad, Poor Dad, Rich Dad’s Cashflow Quadrant, dan Rich Dad’s Guide to Investing, menggambarkan situasi setiap orang dalam konsep cashflow kuadran. Ia membagi 4 kategori atau kuadran,yakni E (Employee atau pekerja), S (Selfemployed atau punya usaha sendiri), B (Bussiness Owner atau pengusaha), I (Investor). Orang yang berada di kuadran B dan I adalah orang yang mempunyai kebebasan atau freedom, bebas menggunakan waktunya. Sementara orang berada di kuadran E dan S belum memiliki kebebasan.
Nah, setiap orang tentunya mengharapkan bisa berada di kuadran B dan I atau kuadran kanan. Lalu
bagaimana caranya? Untuk sukses dalam menjalan usaha kita harus memiliki mindset (pola pikir) sukses.
Dalam buku “Untung Besar Modal Rp 2 Juta”, oleh Penerbit Indonesia Cerdas Yogyakarta, disebutkan 10 langkah untuk memulai usaha yakni :
1. Menyiapkan mental menjadi pengusaha
Anda harus mengetahui ciri seorang pengusaha. Pengusaha berbeda dengan karyawan. Jika karyawan cenderung segera menghabiskan gaji bulanannya, maka pengusaha tidak. Seorang pengusaha akan menginvestasikan kembali sebagian penghasilkannya untuk
mengembangkan usahanya.
2. Memiliki visi dan misi jelas
Anda harus mengetahui visi dan misi dalam berbisnis. Visi dan misi
itu bisa menjadi panduan Anda untuk melangkah.
3. Bisnis itu gampang
itu bisa menjadi panduan Anda untuk melangkah.
3. Bisnis itu gampang
Anda harus memiliki pemikiran yang simpel, karena jika pikiran Anda terlalu berbelit dan rumit maka bisnis yang akan Anda terjuni juga akan rumit.
4. Jangan takut permodalan
Modal acapkali dikeluhkan para calon pengusaha, mereka gusar karena kesulitan modal. Anda tak perlu risau karena modal bisa diusahakan melalui bekerjasama dengan saudara, teman dan orang lain.
5. Tempat strategis
Urusan tempat memang ribet, namun ini penting karena tempat yang strategis akan ikut menentukan keberhasilan usaha Anda.
6. Siap buka usaha
Meskipun Anda baru memulai usaha ini tak perlu risau dan berkecil hati. Anda bisa mencari mentor yang berpengalaman caranya dengan mengikuti komunitas-komunitas pengusaha.
7. Manajemen risiko
Anda harus ingat sejak awal semua usaha berkait erat dengan risiko. Semakin usaha Anda maju dan
dikenal luas maka nama Anda juga dipertaruhkan.
8. Cerdas menyikapi kegagalan
Anda harus menyikapi kegagalan dengan sabar dan hati lapang. Jika gagal Anda perlu bergerak cepat untuk bangkit.
9. Cerdas memperlakukan laba
Laba yang Anda peroleh perlu di manage dengan baik. Jangan menghambur-hamburkan uang (laba)
untuk keperluan yang tidak berguna. Ingat Anda seorang pengusaha perlu berfikir matang untuk mengembangkan
usaha.
10. Asah kreatifitas dan kejelian
Jika bisnis Anda laris manis itulah buah dari kerja keras Anda. Meskipun demikian tak perlu terlalu cepat merasa puas. Rajinlah mengasah kreatifitas. Ingatlah persaingan usaha makin banyak sehingga dibutuhkan kreatifitas dan kejelian Anda.
4. Jangan takut permodalan
Modal acapkali dikeluhkan para calon pengusaha, mereka gusar karena kesulitan modal. Anda tak perlu risau karena modal bisa diusahakan melalui bekerjasama dengan saudara, teman dan orang lain.
5. Tempat strategis
Urusan tempat memang ribet, namun ini penting karena tempat yang strategis akan ikut menentukan keberhasilan usaha Anda.
6. Siap buka usaha
Meskipun Anda baru memulai usaha ini tak perlu risau dan berkecil hati. Anda bisa mencari mentor yang berpengalaman caranya dengan mengikuti komunitas-komunitas pengusaha.
7. Manajemen risiko
Anda harus ingat sejak awal semua usaha berkait erat dengan risiko. Semakin usaha Anda maju dan
dikenal luas maka nama Anda juga dipertaruhkan.
8. Cerdas menyikapi kegagalan
Anda harus menyikapi kegagalan dengan sabar dan hati lapang. Jika gagal Anda perlu bergerak cepat untuk bangkit.
9. Cerdas memperlakukan laba
Laba yang Anda peroleh perlu di manage dengan baik. Jangan menghambur-hamburkan uang (laba)
untuk keperluan yang tidak berguna. Ingat Anda seorang pengusaha perlu berfikir matang untuk mengembangkan
usaha.
10. Asah kreatifitas dan kejelian
Jika bisnis Anda laris manis itulah buah dari kerja keras Anda. Meskipun demikian tak perlu terlalu cepat merasa puas. Rajinlah mengasah kreatifitas. Ingatlah persaingan usaha makin banyak sehingga dibutuhkan kreatifitas dan kejelian Anda.
Gaya Rasulullah BerBisnis
Berkaitan dengan usaha dan perniagaan ini, Islam menganjurkan umatnya untuk berniaga, karena
berniaga merupakan pintu rezeki, seperti sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan” (HR. Ahmad)
Nah, dalam hidup ini berwirausaha dan beriktiar dianjurkan dalam Islam, seperti firman Allah Ta’ala, “...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S. Ar-Ra’d 13 :11)
Dalam beriktiar untuk memulai usaha kita juga tidak perlu takut gagal. Ingatlah firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya
pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al- Baqarah 2:112)
Agar usahanya berhasil dibutuhkan perjuangan yang panjang. Proses usaha ini membutuhkan kesiapan kita untuk menghadapinya agar tidak sedih atau stres ketika usaha kita bangkrut. Kita harus senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah Ta’ala. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”(Q.S. Ar-Ra’d 13:28).
Cara kita menyiasati berwirausaha
selain menggunakan modal sendiri juga bekerjasama dengan orang lain dalam menjalankan usaha bersama. Konsep bekerjasama dengan orang lain ini dikenal dengan nama syirkah. Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika artinya menjadi sekutu atau serikat (Kamus al-Munawwir, halaman. 765). Menurut arti asli Bahasa Arab (makna etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya (An-Nabhani, 1990: 146). Adapun menurut makna syariat, syirkah
adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. (An-Nabhani, 1990: 146).
Syirkah atau musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil dimana dua orang atau lebih
menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut
proporsi modal. Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sosok wirausahawan yang tangguh dan perlu diteladani. Ia sejak kecil dirawat kakeknya Abdul Muthalib, seorang pebisnis. Setelah kakeknya meninggal, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam tinggal bersama pamannya Abu Thalib yang berprofesi dalam bisnis perdagangan pula. Sebagai anak muda yang lembut hati
dan memiliki harga diri yang tinggi, beliau sama sekali tidak suka berlamalama menjadi tanggungan sang paman. Ketika menginjak semakin dewasa dan menyadari bahwa pamannya memiliki beban berat keluarga besar yang harus diberi nafkah, beliau mulai berdagang sendiri di Makkah. Profesi sebagai pebisnis ini dimulai dalam skala yang kecil dan bersifat pribadi. Beliau membeli barang-barang dari satu pasar lalu menjualnya pada orang lain. Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang pemuda miskin yang memulai bisnisnya dari tahap awal. Ia terkadang bekerja untuk
mendapatkan upah dan terkadang sebagai agen untuk beberapa pebisnis kaya di kota Makkah.
Dalam mencari nafkah yang halal beliau bekerja keras, sungguh-sungguh dan cermat menggeluti profesi bisnis ini yang tentunya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi juga membangun reputasi dimata para pemodal, relasi dan pelanggan. Beliau juga telah memasuki kerjasama bisnis bersama dengan beberapa orang. Sebagai pribadi yang dikenal jujur (shidiq) dan terpercaya (amin) oleh masyarakat, beliau memiliki kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya
dengan menjalankan modal orang lain. Di antaranya menerima modal dari para janda dan anak yatim dengan sistim upah maupun bagi hasil. Beliau juga pernah bermitra dengan Saib ibnu Ali yang pernah menyatakan dan mengakui bahwa Muhammad adalah mitranya dalam berdagang dan selalu lurus dalam perhitunganperhitungannya. Salah satu dari mitra pemodal lainnya adalah Khadijah, salah seorang konglomerat kaya di masa itu. Muhammad menjalankan kontrak syirkah (kerjasama) dengan sistim upah maupun bagi hasil (mudharabah) dengan Khadijah. Kadang-kadang dalam kontraknya Muhammad sebagai pengelola (mudharib) dan Khadijah sebagai sleeping partner(shahibul maal) dan sama-sama berbagi atas keuntungan maupun kerugian. Terkadang pula Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi pebisnis yang digaji dan mendapatkan upah untuk mengelola barang dagangan Khadijah. Di antaranya Khadijah pernah mempercayakan kepadanya modal untuk bertolak ke Syiria. Dalam masa usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemainpemain senior dalam perdagangan regional. Muhammad shalallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian banyak melakukan perjalanan-pejalanan bisnis dengan modal Khadijah ini. Beliaupun telah sering mengunjungi Bahrain dalam rangkaian lawatan bisnis. Beliau adalah seorang saudagar ulung. Beliau pernah mendapatkan imbalan seekor unta muda untuk setiap kali perjalanan ke kota-kota dagang di sekitar Yaman. Ketekunan dan kesungguhan beliau dalam berbisnis juga sangat menonjol. Beliau pernah menunggu pembelinya, Abdullah bin Abdul Hamzah selama tiga hari. Abdullah bin Abdul Hamzah mengatakan: “Aku telah membeli sesuatu dari Nabi sebelum beliau menerima tugas kenabian, dan karena masih ada suatu urusan dengannya maka menjanjikan untuk mengantarkan padanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan menemukan Nabi masih berada di sana “. Nabi berkata, “Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu” (HR. Abu Dawud).
Sebuah kesabaran dan pengorbanan yang luar biasa untuk tidak membuat relasi atau pelanggan (customer) kecewa. Tidak pula lantas marah, kecuali hanya menyampaikan bahwa telah menunggu
tiga hari. Setelah menikah dengan Khadijah, beliau tetap melangsungkan bisnis perdagangan seperti biasa. Membawa dagangannya ke berbagai daerah di semenanjung Arabia dan negeri-negeri perbatasan Yaman, Bahrain, Irak dan Syiria.
Karier bisnis Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam semakin kuat dalam usia 25 tahun. Usia ini merupakan titik keemasan entrepreneurship Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah mendapatkan back-up financial yang lebih mapan dari sang istri Khadijah yang telah dinikahi.
Hal yang perlu diteladani dari sikap Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjalankan usahanya adalah, sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), fatonah (cerdas, cerdik, memahami manajemen dan strategi bisnis), dan tabligh (kemampuan komunikasi dan meyakinkan relasi atau pembeli). Bila keempat sifat atau kiat ini ada pada seorang pebisnis, insya Allah dia
akan berhasil. Ini merupakan karakter bisnis yang Islami. Semoga sajian ini bermanfaat bagi pembaca. (Sulistyo Budi Nurcahyo).
berniaga merupakan pintu rezeki, seperti sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan” (HR. Ahmad)
Nah, dalam hidup ini berwirausaha dan beriktiar dianjurkan dalam Islam, seperti firman Allah Ta’ala, “...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S. Ar-Ra’d 13 :11)
Dalam beriktiar untuk memulai usaha kita juga tidak perlu takut gagal. Ingatlah firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya
pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al- Baqarah 2:112)
Agar usahanya berhasil dibutuhkan perjuangan yang panjang. Proses usaha ini membutuhkan kesiapan kita untuk menghadapinya agar tidak sedih atau stres ketika usaha kita bangkrut. Kita harus senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah Ta’ala. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”(Q.S. Ar-Ra’d 13:28).
Cara kita menyiasati berwirausaha
selain menggunakan modal sendiri juga bekerjasama dengan orang lain dalam menjalankan usaha bersama. Konsep bekerjasama dengan orang lain ini dikenal dengan nama syirkah. Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika artinya menjadi sekutu atau serikat (Kamus al-Munawwir, halaman. 765). Menurut arti asli Bahasa Arab (makna etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya (An-Nabhani, 1990: 146). Adapun menurut makna syariat, syirkah
adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. (An-Nabhani, 1990: 146).
Syirkah atau musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil dimana dua orang atau lebih
menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut
proporsi modal. Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sosok wirausahawan yang tangguh dan perlu diteladani. Ia sejak kecil dirawat kakeknya Abdul Muthalib, seorang pebisnis. Setelah kakeknya meninggal, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam tinggal bersama pamannya Abu Thalib yang berprofesi dalam bisnis perdagangan pula. Sebagai anak muda yang lembut hati
dan memiliki harga diri yang tinggi, beliau sama sekali tidak suka berlamalama menjadi tanggungan sang paman. Ketika menginjak semakin dewasa dan menyadari bahwa pamannya memiliki beban berat keluarga besar yang harus diberi nafkah, beliau mulai berdagang sendiri di Makkah. Profesi sebagai pebisnis ini dimulai dalam skala yang kecil dan bersifat pribadi. Beliau membeli barang-barang dari satu pasar lalu menjualnya pada orang lain. Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang pemuda miskin yang memulai bisnisnya dari tahap awal. Ia terkadang bekerja untuk
mendapatkan upah dan terkadang sebagai agen untuk beberapa pebisnis kaya di kota Makkah.
Dalam mencari nafkah yang halal beliau bekerja keras, sungguh-sungguh dan cermat menggeluti profesi bisnis ini yang tentunya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi juga membangun reputasi dimata para pemodal, relasi dan pelanggan. Beliau juga telah memasuki kerjasama bisnis bersama dengan beberapa orang. Sebagai pribadi yang dikenal jujur (shidiq) dan terpercaya (amin) oleh masyarakat, beliau memiliki kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya
dengan menjalankan modal orang lain. Di antaranya menerima modal dari para janda dan anak yatim dengan sistim upah maupun bagi hasil. Beliau juga pernah bermitra dengan Saib ibnu Ali yang pernah menyatakan dan mengakui bahwa Muhammad adalah mitranya dalam berdagang dan selalu lurus dalam perhitunganperhitungannya. Salah satu dari mitra pemodal lainnya adalah Khadijah, salah seorang konglomerat kaya di masa itu. Muhammad menjalankan kontrak syirkah (kerjasama) dengan sistim upah maupun bagi hasil (mudharabah) dengan Khadijah. Kadang-kadang dalam kontraknya Muhammad sebagai pengelola (mudharib) dan Khadijah sebagai sleeping partner(shahibul maal) dan sama-sama berbagi atas keuntungan maupun kerugian. Terkadang pula Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi pebisnis yang digaji dan mendapatkan upah untuk mengelola barang dagangan Khadijah. Di antaranya Khadijah pernah mempercayakan kepadanya modal untuk bertolak ke Syiria. Dalam masa usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemainpemain senior dalam perdagangan regional. Muhammad shalallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian banyak melakukan perjalanan-pejalanan bisnis dengan modal Khadijah ini. Beliaupun telah sering mengunjungi Bahrain dalam rangkaian lawatan bisnis. Beliau adalah seorang saudagar ulung. Beliau pernah mendapatkan imbalan seekor unta muda untuk setiap kali perjalanan ke kota-kota dagang di sekitar Yaman. Ketekunan dan kesungguhan beliau dalam berbisnis juga sangat menonjol. Beliau pernah menunggu pembelinya, Abdullah bin Abdul Hamzah selama tiga hari. Abdullah bin Abdul Hamzah mengatakan: “Aku telah membeli sesuatu dari Nabi sebelum beliau menerima tugas kenabian, dan karena masih ada suatu urusan dengannya maka menjanjikan untuk mengantarkan padanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan menemukan Nabi masih berada di sana “. Nabi berkata, “Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu” (HR. Abu Dawud).
Sebuah kesabaran dan pengorbanan yang luar biasa untuk tidak membuat relasi atau pelanggan (customer) kecewa. Tidak pula lantas marah, kecuali hanya menyampaikan bahwa telah menunggu
tiga hari. Setelah menikah dengan Khadijah, beliau tetap melangsungkan bisnis perdagangan seperti biasa. Membawa dagangannya ke berbagai daerah di semenanjung Arabia dan negeri-negeri perbatasan Yaman, Bahrain, Irak dan Syiria.
Karier bisnis Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam semakin kuat dalam usia 25 tahun. Usia ini merupakan titik keemasan entrepreneurship Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah mendapatkan back-up financial yang lebih mapan dari sang istri Khadijah yang telah dinikahi.
Hal yang perlu diteladani dari sikap Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjalankan usahanya adalah, sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), fatonah (cerdas, cerdik, memahami manajemen dan strategi bisnis), dan tabligh (kemampuan komunikasi dan meyakinkan relasi atau pembeli). Bila keempat sifat atau kiat ini ada pada seorang pebisnis, insya Allah dia
akan berhasil. Ini merupakan karakter bisnis yang Islami. Semoga sajian ini bermanfaat bagi pembaca. (Sulistyo Budi Nurcahyo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar